Kisah ini bermula ketika saya pertama
kalinya membahas mengenai cinta-cintaan. Saya mulai membicarakan beberapa orang
yang sedang dekat dengan saya akhir-akhir ini yang berpotensi menghasilkan
suatu hubungan. Sepertinya ibu sangat tertarik mengenai cerita-cerita ini.
Beberapa minggu saya harus berpisah
dengan beliau. Otomatis tak ada cerita-cerita lagi yang beliau dapat. Walaupun
begitu hubungan lewat telfon terus terjalin beberapa kali. Beliau mulai
menanyakan bagai mana orang ini dan itu. Seperti tahun baru kemarin, beliau
dengan rasa penasaran yang tinggi menanyakan bagaimana malam tahun baru saya,
apakah bersama ‘seseorang’, dan lain sebagainya. Disini saya mulai berpikir
‘apakah sebuah kesalahan bercerita masalah ini?’. Jujur saja saya mulai merasa
terganggu dengan rasa penasaran ibu.
Suatu hari saat pulang ke rumah,
tiba-tiba ibu bertanya ‘Yang itu
bagaimana Ka?’ ‘Udah jadian belum?’ WHAAATTTTT ??? Tanpa basa-basi kenapa
beliau langsung bertanya masalah itu. Kemajuan sangat pesat sekali. Sepertinya
beliau telah membuka pemikiran beliau mengenai pacar untuk anaknya.
Saat dulu ibu menentang keras tentang
segala hal yang bernama ‘pacaran’ sekarang sepertinya beliau seperti membiarkan
saja jika anaknya ini akan pacaran. Disisi lain ketika dulu saya sangat ingin
pacaran, sekarang saya sangat tidak menginginkan hal tersebut. Segala hal yang
berkaitan dengan pacaran ataupun yang lainnya terlihat tidak menarik lagi untuk
saya. Mungkin karena rasa penasaran saya sudah pernah terjawab. ‘enggak bu, saya bosan’ saya mengatakan hal
itu terakhir kali ketika beliau mulai bertanya-tanya masalah ‘pacaran’ dan
orang yang terkait di dalamnya. Mungkin ibu shock dengan ini ‘Bosan?’ kata ibu.
Mungkin dengan jawaban saya ibu mulai khawatir tentang masa depan percintaan
saya. Bisa jadi beliau takut jika saya kelak akan menjadi perawan tua atau
sebagainya.
Ibu saya bilang, tidak apa-apa jika
harus memiliki kekasih, karena memang sudah umurnya. Hellooo... apa ibu lupa
jika ibu pernah bilang ‘akan lebih baik jika tidak berpacaran?’. Mom, you know
what saya sudah memutuskan untuk hidup dengan kalimat itu, dan kenapa sekarang
dirimu berubah pikiran???????
Saya juga pernah bilang, ‘biarlah adik dulu yang menikah, baru saya’
dan ibu menjawab ‘Ya ga bisa lah, masa
adik duluan. Ya harusnya kamu. Kamu mau jadi perawan tua.’ Kenapa ibu
bicara seperti itu? Konon jika seorang kakak dilangkahi adiknya dalam hal
menikah, dia akan susah untuk menikah. Keluarga saya ada yang seperti itu, dan
ibu saya semacam percaya gara-gara ada hal seperti ini. Dan itu cukup
mengkhawatirkan. -_-
Saya berimajinasi, suatu saat umur
saya telah 30 tahunan, adik saya kira-kira berusia 25 tahunan, adik saya telah
memiliki seorang kekasih dan merencanakan akan pernikahan, sedangkan saya masih
single dan menikmati pekerjaan saya. Di sisilain ibu dan bapak merindukan
kehadiran cucu. Apa yang kira-kira akan beliau lakukan. Mempersilahkan adik
saya yang menikah terlebih dahulu, atau memaksa saya untuk segera menikah agar
adik saya bisa menikah? Hahaha ...
Dulu bapak pernah bercanda ‘Ka, kalau ada PNS yang datang kerumah dan
melamar kamu, bapak akan langsung kasihkan kamu ke PNS itu’ kejadian ini
sudah berlangsung lama. Beliau berbicara ketika saya masih di bangku SMP. Dulu
saya sangat mempercayai dan terlalu menganggap serius perkataan ini. Maklum,
saya masih kecil dan lugu-lugunya hehe. Walaupun itu hanya joke tapi serius, itu sangat menakutkan untuk saya. Di benak saya,
PNS itu adalah orang yang tua dan berjenggot. Saya ga mau ! Sekarang saya
berpikir, PNS itu gajinya kecil, jadi saya ga mau, hehe. Walaupun saya bukan
tipe cewek matrealistis, jujur saja,
tapi dalam hal menikah dan berkeluarga, saya tidak menginginkan keturunan saya
kekurangan suatu apapun. Selain itu, kenapa saya berpikir begini, karena orang
tua saya seorang guru negri yang jika saya minta HP yang agak mahal, beliau
menolak mengabulkan, dan beliau sering membicarakan masalah hutang, dan juga
saya pernah melihat gaji beliau, dan saya menyadari gaji mereka sangat sedikit.
Jadi saya agak heran kenapa teman-teman saya yang berorang tua guru, sangat
mudah mendapatkan barang-barang canggih dengan sekali minta. Mungkin karena
mereka sangat kaya.
Saya paham kenapa dulu bapak
mengatakan hal ini, anak perempuan adalah anak yang akan diperhatikan dan
dipertahankan oleh seorang ayah, beliau akan melindungi anaknya bagaimanapun
caranya. Dan saya pikir joke dari
bapak saya itu sebagai bentuk perlindungan untuk saya. Tapi, by the way saya masih kawatir mengenai
kalimat beliau hahaha.
Dari beberapa hal yang saya tau secara
tidak sengaja, ibu sangat menginginkan menantu yang taat beragama. Itu menjadi
beban batin buat saya. Hahaha... Saya bukan tipe cewek yang mengidolakan orang
semacam itu. Oke terkadang mereka cukup terlihat keren, tapi terkadang mereka
terlalu terlihat serius dan membosankan. Lagi pula saya akan terus-terusan
merasa dipermalukan jika saya mendapatkan orang semacam ini dan itu cukup
mengerikan. Haha ...
Kriteria bapak tak terdefinisikan.
Beliau orangnya sangat cool dan cukup
pendiam. Mungkin itulah kenapa beliau berjodoh dengan ibu saya yang cenderung
banyak bicara. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Bukan yang memiliki banyak
persamaan, tapi saling melengkapi satu sama lain. Saya ingin yang seperti ini.
Saya pernah memiliki keinginan untuk
tidak menikah. Tapi ini rasanya tidak mungkin diwujudkan. Pasti oarang tua saya
akan sedih. Hal ini bukan karena saya pernah kecewa karena pria, tapi lebih
kepada saya ingin terus mendapatkan kebebasan tanpa harus saya menjaga perasaan
orang lain. Saya kurang begitu suka segala hal yang terlalu masuk kedalam
kehidupan pribadi saya. Terlalu memberikan perhaatian kepada saya. You know, seperti seorang pasien yang
sakit keras yang selalu dan selalu harus dipantau 24 jam. Kadang itu
menyebalkan.
Umur saya masih 20 tahun, jika saya
hidup di jaman nenek-kakek buyut saya, mungkin saya sudah terlalu tua untuk
single. Tapi ini era modern, pacaran dan menikah bukanlah suatu hal yang
penting lagi di pikiran saya. Saya masih terlalu muda, saya masih ingin
bersenang-senang dengan kehidupan saya. Saya tidak ini membagi perhatian saya
untuk orang baru yang bukan siapa-siapa saya, saya tidak ingin bentuk badan
saya berubah setelah menikah, dan saya tidak ingin menghabiskan waktu saya
untuk mengurus orang lain.
Untuk Ibu dan Bapak, jangan terlalu
kawatir jika saya akan menjadi perawan tua, atau terlalu lama sendiri. Seperti
yang pernah ibu katakan dulu, jodoh itu dekat tak perlu kamu mencarinya karena
akan datang sendiri. Jadi, santai saja. Pasti saya akan menemukan kekasih saya,
tapi tidak sekarang. Mungkin beberapa tahun kedepan saat saya telah menjadi
orang yang pantas untuk jodoh saya. Jadi sabar saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar