Sabtu, 20 September 2014

Dear My Friend

Teman memberikan banyak arti dalam sebuah kehidupan. 

Gampang berteman dengan seseorang, tapi bersahabat, bukanlah hal yang mudah.

Saya bukan orang yang dengan gampang mengakrabkan diri dengan orang lain. Butuh proses, butuh waktu.

Sering terbersit dalam pikiran saya, Apa benar mereka teman saya ? Kenapa mereka mau berteman dengan saya ? Apa mereka sedang mengkasihani saya ? dan lain sebagainya. Segala hal yang sangat buruk, dan itu terus berputar di pikiran saya.


Saya menyadari siapa diri saya. Bagaimana sifat saya. Baik, buruk, membosankan ? Saya tau. Saya Vika, saya menilai saya bukan orang yang menyenangkan untuk orang lain. Bukan orang yang ramah atau sebagainya. Menyedihkan. Dari SD sampai SMP menjadi orang yang sangat sombong sehingga banyak yang membenci. dan SMA saya menjadi orang yang super bodoh yang menjijikkan. 


Tapi Tuhan baik, mereka mengirimkan teman-teman yang sangat luarbiasa untuk saya. Disaat orang lain mengacuhkan saya seperti sampah, mereka mengulurkan tangan untuk mengangkat diri saya. Entah apa yang mereka pikirkan dalam benak mereka. Saya dengan gampang dan luluhnya mau menyambut tangan mereka.


Saya benar-benar jahat dan akan sangat keterlaluan jika apa yang saya pikirkan salah. Jika, mereka sangat tulus, jika mereka benar-benar mau bersahabat karena memang itu yang mereka inginkan. Saya akan menjadi sangat jahat.


Tapi jika semua yang saya pikirkan benar


Saya hanya bissa mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas diri saya. 


Saya mencintai seluruh teman-teman saya. Saya sangat berterima kasih pada mereka. Sangat-sangat berterima kasih.

Kamis, 04 September 2014

It is about my first love :)

Mungkin saya adalah salah satu orang yang ditakdirkan untuk selalu menyukai seseorang yang orang itu tak pernah sekalipun melihat ke arah saya. Katanya, suatu kebodohan jika terus terjatuh dalam lubang yang sama. Dan saya melakukan hal itu. Jadi, saya bodoh ?

Pertama kali merasakan suka dengan lawan jenis adalah saat SMP. 

Suatu hari, di siang hari yang cerah, saya dan dua orang kawan saya mencari angin dengan main-main di dekat jendela. Kami bercakap-cakap sambil melihat pemandangan sawah yang terhampar dari balik sekolah. Dan saat itu, tiba-tiba angin berhembus menerpa wajah saya, seperti di film India. Dua orang pemuda jalan di bawah jendela kelas saya [Kelas saya itu tinggi jadi jendelanya ngikut tinggi]. Yang satu tinggi, yang satu tidak tinggi, dan yang tinggi itu yang saya taksir. Saat itu saya pikir dia adalah cowok terkeren, terkece, teralim yang pernah saya lihat. A day after that, I was looking for him. I looked all the information as much as I could. Fortunately, my friend's sister was his friend, so I made her as my private spy, hehe ... 

Sedikit demi sedikit, saya mendapatkan semua data yang saya inginkan. Nama, alamat, keluarga, apapun. Dia adalah kakak kelas saya, anaknya pintar, alim, ga banyak omong, temannya kebanyakan cewek, teman cowoknya yang paling dekat [yang saya tau] ada dua. Pertama, si cowok kurang tinggi, dan yang kedua adalah cowok berkulit hitam tinggi yang sedikit melambai. Rumahnya di desa yang tak jauh dari desa saya, keluarganya punya toko cukup besar di samping lapangan desa, punya dua saudara sepupu [yang saya tau] laki-laki. Yang pertama teman saya sendiri, yang kedua entah sekolah/kerja di mana. Dari kelas 7 sampai kelas 10 saya menyukainya. 

Suatu hari, saya ditunjuk sebagai tim paduan suara untuk memeriahkan acara perpisahan angkatannya. Saat itu saya bener-bener sedih karena saya tak akan bisa tampil dalam acara angkatan. Kenapa ? saat dimana acara berlangsung, saya sedah berada di Pare, Kediri. Hari terakhir untuk melihatnya terbuang begitu saja. Dan saat itu, barulah saya merasakan bagaimana sedihnya patah hati. :''(

Pertama kali dalam hidup saya untuk menyapanya adalah saat SMA. Mungkin saya harus mengucapkan terima kasih kepada Facebook karena telah membuat saya bisa berbincang dengannya. Kalimat saya yang pertama kali saya ajukan adalah "Hai Kak..". Tak butuh lama untuk menunggu balasannya. "Hai dek". Hanya dengan salam yang sederhana, kebahagiaan mampu menemukan tempat sendiri di hati saya. Se simple ini untuk menyapa seseorang, kenapa saya tidak bisa lakukan dulu ? itu yang saya pikirkan. Ternyata hanya dengan "Hai" saya mendapat respon dari dirinya. 

Saya tanya "Mas, kenal saya ?". "Kenal lah, kamu temannya Imam kan?" dan bla bla bla dan dia bicara seputar diri saya. Saya sedikit kecewa dengan kata-kata Mas ini. bukan kecewa dengan dirinya. tapi kecewa dengan diri saya sendiri. Dia mengenal saya, kenapa dulu saya tidak berani hanya untuk dekat dengannya? Pasti akan ada cerita yang berbeda jika saya berani untuk memperkenalkan diri saya langsung, berani untuk menyapanya, walaupun hanya akan keluar kata "Hai.."

Sejak chat itu berlangsung, saya menjadi cukup dekat dengannya, dan tau lebih tentang dirinya. Dimana dia sekarang, apa pekerjaannya, dan apa kegiatannya sehari-hari. Dan saat saya tau dia sudah memiliki kekasih, saya putuskan untuk menyudahi semua perasaan yang saya punya. Karena saya tau, bagaimana dia mencintai kekasihnya tersebut, dan siapa saya di mata dia. Tidak ada kekecewaan yang terlalu besar saya pikir. Setidaknya saya pernah dekat dan saya punya kesempatan untuk memahami perasaannya. Cukup buat saya. 

Sekarang, dia bagian dari masa lalu saya. Dan saya bersyukur pernah mengetahui dirinya. Dimanapun sekarang dia berada, saya ingin mengatakan "Saya pernah mencintai anda, dan anda adalah cinta pertama bagi saya. Terimakasih :)"